Copyright © Yuk Mengenal Sosiologi
Design by Dzignine

YUK MENGENAL SOSIOLOGI





Oleh: Heqal Mardiyah



          “Tak Kenal Maka Tak Sayang” begitu kata peribahasa yang popular itu. Dengan mengenal mengenai suatu hal, maka wawasan pun akan bertambah dan bisa  lebih memahami sekitar. Nah, kali ini saya ingin sedikit berbagi kepada teman-teman pembaca sekalian,  tentang : Apa sih Sosiologi itu sebenarnya ? Apa saja yang dikaji dalam  Sosiologi? Dan manfaat apa yang diperoleh dari mempelajari Sosiologi? Tentunya penasaraan bukan? Untuk mengetahui lebih lanjut, yuk teman-teman simak ulasan berikut ini. 
          Pernahkah Anda berada ditempat keramaian ? Sadarkah Anda keramaian yang ada di sekeliling Anda adalah bagian dari masyarakat? Lalu, apa yang dinamakan masyarakat itu sendiri? Sosiologi adalah kajian ilmiah tentang kehidupan social manusia. Sosiolog berusaha mencari tahu tentang hakikat dan sebab-sebab dari berbagai pola pikiran dan tindakan manusia yang teratur dan dapat berulang.
          Sebagai gambarannya, Ibu Ani  mempunyai  lima anak yang masih kecil-kecil dua diantaranya adalah balita. Beliau berkeinginan menjaga dan merawat anaknya sendiri tanpa bantuan pembantu atau pengasuh bayi. Untuk itu dia membuat beragam makanan kecil, seperti kue donat, gorengan, yang akan dititipkan di warung-warung sekitar tempat tinggalnya. Sekitar pukul 04.00 beliau sudah  bangun untuk memulai mengolah adonan kue, setelah semalam ia telah mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan. Oleh karena itu, sekitar pukul 06.00 ia sudah mengirimkannya ke warung-warung. Penghasilannya memang tidak seberapa, namun Ibu Ani merasa senang dengan pekerjaannya ini yang tidak bergantung pada penghasilan suaminya saja, meski penghasilan suaminya setiap bulan cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka.
          Lain hal dengan Ibu Rita, beliau bekerja di sebuah perusahaan swasta. Ia sudah menjadi Manajer di perusahaan tersebut. Dengan tanggung jawab untuk memimpin perusahaan membuatnya harus sampai di kantor sekitar pukul 07.00 dan pulang paling cepat pukul 18.00. Hari Minggu pun, ia terkadang masuk kantor karena banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan. Aktivitas Buk Rita cukup padat sehingga beliau menerima penghasilan sebagai kompensasi dari segala usahanya. Dengan demikian, ia dapat menggaji pembantu untuk mengurus anak-anak dan rumah. Ia selalu berusaha untuk tetap menjaga hubungan dengan anak-anak dan suami  karena menurutnya yang terpenting kualitas pertemuan bukan kuantitasnya.
           Dari cerita  kedua ibu tersebut, dapat dilihat bagaimana keduanya menjalani peran gender dalam sepenggal kehidupannya. Hal ini baru satu contoh tentang kehidupan para ibu sebagai kaum wanita dengan pekerjaannya . bagaimana bila dibandingkan dengan kaum pria dengan pekerjaannya? Anda akan bisa membandingkan kehidupan pria dan wanita dengan cara memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai suatu fakta social yang dibahas dalam Sosiologi. Hal tersebut mungkin sebagian orang dianggap sebagai suatu keniscayaan. Akibatnya, mereka tidak mau berfikir  lebih lanjut untuk merenungkan bahwa hal tersebut merupakan hal yang menarik untuk diperhatikan  dan dijadikan bahan ulasan.
          Satu dari sekian banyak tujuan mempelajari Sosiologi, yaitu  membantu Anda dalam mengembangkan kemampuan tersebut. Mau tak mau Anda terlibat langsung dalam kehidupan social, melakukan kilas balik, serta menganalisis hal-hal yang sedang terjadi. Sosiologi dapat digunakan bagi Anda yang mampu melihat  berbagai kisah kehidupan dalam masyarakat, atau sering disebut dengan sociological imagination (imajinasi sosiologi).
          Istilah sociological imagination (imajinasi sosilogi) pertama kali dipopulerkan oleh C.Wright Mills yang dimaksud untuk membantu agar manusia tidak menyalahkan diri sendiri atas segala masalah yang dihadapi dan lebih memahami keadaan. Misalnya, mengapa ada banyak orang miskin dan sedikit orang yang kaya, mengapa ada yang bisa memperoleh pendidikan dan ada yang tidak. Disinilah  peran imajinasi sosiologi, karena dengan mempelajari Sosiologi akan dapat memilah antara fakta social tentang dirinya yang berkaitan dengan posisinya di masyrakat dan mana fakta social yang merupakan hasil dari usahanya sendiri.
          Setelah mendapatkan penjelasan gambaran singkat mengenai Sosiologi, berikut akan diuraikan tentang Sosiologi sebagai ilmu dan metode.

A. SIFAT - SIFAT  ILMU SOSIOLOGI

Sosiologi adalah studi ilmiah atau bisa disebut juga sebagai ilmu (science). Oleh karena itu, sebagai ilmu pengetahuan, Sosiologi harus memenuhi criteria sebagai berikut:
1.     Sosiologi bersifat empiris, berarti bahwa Sosiologi didasarkan pada pengalaman-pengalaman dari hasil observasi (pengamatan) terhadap kenyataan dan akal sehat sehingga hasilnya tidak bersifat spekulatif.
2.    Sosiologi bersifat teoritis, berarti bahwa ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi yang merupakan kerangka dari unsure-unsur yang bertujuan menjelaskan hubungan sebab akibat sehingga menjadi sebuah teori.
3.    Sosiologi bersifat kumulatif. Kumulatif berasal dari kata Latin cumulare  yang berate menimbun, menumpuk, makin lama makin besar. Artinya, teori-teori Sosiologi  dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada dalam arti memperbaiki memperluas, serta memperhalus  teori-teori yang lama. Misalnya Sosiologi pendidikan yakni teori Sosiologi dipadukan dengan teori keluarga, karena dalam keluarga terdapat unsur pendidikan.
4.    Sosiologi bersifat non etik, berate dalam melihat sesuatu fakata sosiologi tidak menilai sesuatu dari keeburukan atau kebaikannya , namun secara objektif. Karena Sosiologi melihat suatu fakta melalui analisis tentang sebab yang mendasari fakta tersebut maupun tujuan dilakukannya analisis.


B. SOSIOLOGI SEBAGAI METODE

Sosiologi sebagai metode berarti cara berfikir untuk mengungkapkan realitas social dan budaya yang ada dalam masyarakat dengan prosedur dan teori yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Ada  perbedaan yang mendasar antara metode dengan metodologi. Metode merupakan cara-cara kerja yang dipergunakan dlam Sosiologi untuk mempelajari objeknya, sedangkan metodologi merupakan pembahasan konsep berbagai metode, kelebihan, dan kelemahannya.
 Sebagai suatu ilmu pengetahuan diantara ilmu-ilmu lain  Sosiologi juga harus  memenuhi syarat ilmiah. Sosiologi meneliti kehidupan manusia sebagai suatu kenyataan (das sein), bukan meneliti suatu kebenaran  atau keharusan (das sollen). Untuk itu, metode penelitiannya pun harus bersifat empiris, yang berarti dari beberapa kejadian nyata, Sosiologi mengambil kesimpulan dan menyusunnya secara logis dan sistematis, dalam mengkaji objeknya Sosiologi juga seringkali mengadaptasi  metode-metode dari ilmu social  lain, seperti psikologi, antropologi, dan ekonomi.
 Selain itu, Sosiologi melakukan kajian terhadap usaha-usaha individu untuk menyesuaikan diri atau melawan usaha penyeragaman yang dilakukan oleh masyarakat secara umum. Karena itu penelitian  Sosiologi dan ilmu kemasyarakatan lainnya haruslah bersifat empiris, yakni memperhatikan kenyataan yang dialami oleh masyarakat, jika perlu dengan merasakan pengalaman yang sama dengan masyarakat yang mengalami dinamika tersebut (participatory research).
 Ada beberapa hal yang membedakan Sosiologi dengan ilmu social lainnya. Pertama, Sosiologi memandang interaksi-interaksi dalam kelompok sebagai ‘benda’ yang mempunyai ciri-ciri tertentu sebagai sebuah kekhasan dalam studinya. Kedua, Sosiologi meminta kemampuan para ahlinya untuk dapat mengabtraksikan gejala-gejala social yang terjadi.  Sehubungan dengan kebutuhan bahkan tuntutan dari pendekatan ini, maka Sosiologi harus dapat menarik kesimpulan atas keteraturan atau keterulangan  gejala-gejala social yang terjadi, bukan melihat gejala sebagai kejadian  yang berlangsung hanya pada satu masa. Ketiga, berbeda dengan ilmu-ilmu social lainnya  yang kebanyakan bersifat normative, Sosiologi sebaliknya menuntut sikap objektif dari penelitiannya dengan membuang dan menjauhkan sebanyak mungkin nilai-nilai pribadinya saat mengadakan penelitian (grounded theory).

 Dapat disimpulkan dari penjelasan diatas, bahwa hal-hal berikut ini dianggap sebagai gejala keteraturan dan menjadi objek studi bagi Sosiologi:
1.     Masyarakat (society),
2.    Kebudayaan,
3.    Lembaga-lembaga dan kelengkapannya,
4.    Diferensial social,
5.    Kehidupan kelompok,
6.    Pangawasan dan pengendalian social (social control),
7.    Perubahan massyarakat (social change).

 Pada dasarnya, terdapat dua metode yang biasa digunakan dalam Sosiologi, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif merupakan metode yang menggunakan unsur-unsur studi diluar hitungan satuan ukuran angka-angka sehingga hanya dapat dikaji melalui proses abstraksi, studi literature, ataupun melalui studi yang bersifat partisipatif untuk mendapatkan pengalaman-pengalaman tentang hal yang diteliti. Metode ini menurut Weber merupakan metode yang berdasarkan verstehen (pengertian atau pemahaman). Yang termasuk kedalam metode kualitatif antara lain metode historis, metode komperatif, metode studi kasus  (case study). Metode kuantitatif merupakan metode yang mengutamakan bahan-bahan keterangan dengan angka-angka sehingga fakta social yang diteliti, diukur dengan skala, indeks, table,  dan formula statistic yang sedikit banyaknya menggunakan matematika. Metode yang termasuk dalam metode ini yaitu, metode statistic dan sosiometri.
Metode Sosiologi lainnya yang didasarkan pada penjenisan yaitu metode deduktif (suatu proses berfikir yang bermula dari pernyataan umum /premis mayor ke penyertaan yang khusus / premis minor) dan metode induktif ( suatu proses berfikir yang bermula dari pengamatan terhadap kejadian khusus yang kemudian di tarik kesimpulan secara umum).
        Penggolongan metode Sosiologi  lainnya adalah penggolongan beradasarkan jenis metode empiris dan metode rasionalistis.
1.     Metode empiris menyandarkan diri pada keadaan-keadaan yang sedang nyata didapat dalam masyarakat. Yang diwujudkan dalam research atau penelitian yaitu cara memelajari suatu masalah secara sistematis dan intensif untuk mendapakan pengetahuan yang lebih banyak mengenai masalah tersebut.
2.    Metode rasionaloistis mengutamakan pemikiran denhgan logika dan pikiran sehat untuk mencapai pengertian tentang masalah-masalah kemasyarakatan.  Metode ini dahulu sampai sekarang masih juga banyak digunakan oleh para  sarjana Sosiologi di Eropa.

      Metode – metode Sosiologi yang telah disebutkan bersifat saling melengkapi dan para ahli Sosiologi menggunakan lebih dari satu metode dalam meneliti dan menyelidiki objek kajiannya. Selain metode, setiap ilmu pengetahuan memiliki perlengkapan atau alat- alatnya sendiri, yaitu konsep untuk menganalisis masalah yang terdapat dalam lapangannya, khususnya untuk Sosiologi, yaitu masyarakat.
         Ada alsan mengapa penggunaan metode untuk mendapatkan ilmu pengetahuan harus sistematis. Empat hal yang menyebabkan pemikiran keilmuan harus sistematis, antara lain:
1.     Masyarakat adalah kumpulan manusia yang menarik sekaligusunik karena kejaddian-kejadian yang terjadi didalammnya. Oleh karenanya, para peneliti cenderung terhanyut dalam cerita-cerita pribadi yang penuh pertimbangan pribadi pula.
2.    Para peneliti memikul beban berat yang rumit, karena mempunyai tanggung jawab moral untuk mempersatukan perbedaan dari keterbatasan pengetahuan manusia sehingga memerlukan suatu pendekatan atau cara-cara yang teratur (disiplin).
3.    Supaya dapat disampaikan dan disebarluaskan (dikomunikasikan), pengetahuan harus mempunyai bentuk yang jelas dan berdasarkan bukti-bukti yang sesuai atau benar (valid) serta meyakinkan sesuai dengan pernyataan yang timbul.
4.    Untuk mengumpulkan pengetahuan sehingga kesalahan-kesalahan masa lalu dapat dihindari dan menyusun pernyataan yang selanjutnya dibuktikan dalam cara yang dapat dilakukan ulang oleh orang lain.

Dalam penerapan metode Sosiologi terdapat beberapa keterbatasan yaitu:
1.     Permasalahan yang terjaadi dalam masyarakat sangat rumit.
2.    Kesukaran dalam pengamatan karena objek kajiannya bersifat subjektif,
3.    Kesukaran dalam replikasi, maksudnya karena setiap gejala social yang terjadi belum tentu terulang dalam bentuk yang sama persis sehingga peneliti harus benar-benar teliti,
4.    Hubungan timbal balik antara pengamat dan objek kajian karena sang objek dapat terpengaruh subjektifitas si pengamat,
5.    Kesukaran dalam pengendalian objek pengamatan karenamanusia pada dasarnya adalah makhluk yang unik,
6.    Kesukaran dalam masalah pengukuran karena ilmu social tidak sama dengan ilmu alam yang serba pasti.

0 komentar:

Posting Komentar